Langsung ke konten utama

Tak Ada Peradaban Islam Bila tak Ada Buku…!

Tak Ada Peradaban Islam Bila tak Ada Buku…!. Kamu perlu sering belajar mau mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka lewat penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan terpilih internal membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Dalam sebuah kuliahnya bekas menteri luar negeri, Muchtar Kusumaatmadja, menegaskan ada sebuah hal yang terus ‘disembunyikan’ internal peradaban modern di mana Barat kini menjelma pihak yang menghegemoninya. Hal itulah benar fakta bahwa di dasar peradaban mereka ada sebuah peninggalan khazanah ilmu pengetahuan hasil karya peradaban Islam.
‘’Berkat peradaban Islamlah cara berpikir rasional yang merupakan peninggalan zaman Yunani hidup kembali. Yang membangunkannya benar para ilmuwan Islam. Jadi di sini peradaban Islam benar sebagai jembatan penting’ dari hadirnya peradaban masa kini,’’ kata Muchtar Kusumaatmadja.
Bagi benak banyak orang, mereka tampaknya begitu yakin bahwa peradaban kontemporer ini hadir begitu saja sebagai karya orisinil peradaban barat. Fanatisme ini banyak terlihat lewat menegaskan bahwa ‘bapak peradaban’ dunia benar Isac Newton. Begitu juga lewat anggapan fanatik bahwa bapak ilmu filsafat moderen benar Imanuel Kant.
‘Kebutaan’ mau fakta sejarah ini pun sebenarnya perlu dimaklumi. Para ahli hukum misalnya tak mau pernah
berpikir bahwa hukum perdata yang kini berlaku di Indonesia ‘diam-diam’ juga mendapat sumbangan khazanah hukum fikih.
Mereka tak tahu betapa pada zaman Napoleon misalnya, begitu banyak buku klasik dari Mesir diangkut ke Prancis bersamaan lewat ‘dirampoknya’ berbagai barang peninggalan peradaban era kekaisaran Firaun dari negara itu. Salah satu kaidah peninggalan fikih yang diimpor internal hukum perdata, di antaranya pengaturan pasal bahwa setiap kali terjadi transaksi perlu dilakukan lewat tertulis.
Perpustakaan Simbol Perdaban Islam
Dalam peradaban Islam itu karya tulis memang menjelma bahan utama. Apalagi ada sandaran perintah Tuhan bahwa membaca (yang diperintahkan internal wahyu pertama Alquran: Iqra) benar hal yang wajib. Akibatnya, selama era kekhalifahan Isalam, penulisan buku menjelma bukan main penting artinya. Para khalifah membangun perpustakaan lewat koleksi ribuan buku. Ilmuwan pun getol menulis hasil karyanya, baik itu dari bidang ilmu filsafat etika, kedokteran, sejarah, sosiologi, serta musik.
Tokoh klasiknya internal hal ini, seperti al-Ghazali, al-Kindi, Ibnu Rushd, al-Farabi, Ibnu Khaldun, serta Ibnu Haitam. Tokoh yang berjasa besar internal bidang perbukuan atau kasanah intelektual benar salah satu raja internal dinasti Abbasiyah, Khalifah al-Makmun yang memerintah pada 813-833 M. Dia bukan main antusias mendorong penerjemahan berbagai karya filsafat serta ilmu pengetahuan Yunani ke internal bahasa Arab. Penerjemahan tu sebagian dilakukan secara langsung dari karya murni bahasa Yunani, sebagian lainnya hasil terjemahan bahasa Syiria dari bahasa Yunani.
Bahkan, pada era itu, Khalifah Makmun mensyaratkan agar para pejabat pemerintahnya yang non Arab diminta menguasai sedikitnya dua bahasa. Dan memang dari sanalah sumber tenaga para penerjemah buku direkrut. Salah satu jalur pendatanganannya benar menggunakan Harran, kota di Mesopotamia, yang memang banyak penduduknya masih menggunakan bahasa Yunani. Jalur datangnya para penerjemah lainnya benar menggunakan Jund-i-Shahpur di Khuzistan. Kota ini dibangun oleh Kaisar Sasanid Shahpur I sebagai tempat para tawanan yang dibawa dari Syiria. Kota ini menjelma pusat ilmu kedokteran.
Membanjirnya terjemahan buku dari bahasa Yunani serta Syira ke internal bahasa Arab tersebut jelas menunjukan bahwa waktu itu sudah terdapat masyarakat pembaca yang berperan. Sedangkan pusat kebudayaan Arab yang sedang tumbuh pada saat itu benar Baghdad. Kota itu terletak di tepi sungai Tigris, tak jauh dari Ctesiphon,bekas ibu kota Kerajaan Persia serta ibu kota kerajaan sebelumnya, Parta Arsacadid. Baghdad sendiri dibangun pada 762 M sebagai ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah. Selain dipenuhi bangunan megah, kota ini juga dilengkapi lewat gedung perpustakaan yang lengkap.
Dalam soal perkembangan keilmuan menggunakan maraknya penerbitan buku, penulis Mankind and Mother Earth, Arnold Toynbee, menyatakan, fermentasi intelektualyang muncul pada masyarakat Islam pada masa itu didorong oleh kebutuhan mau melengkapi ajaran Islam lewat berbagai perangkat intelektual. Islam jelas membutuhkan sistem hukum serta sistem teologi yang memadai jatah sebagian masyarakat di kerajaan yang wilayahnya meliputi berbagai pusat peradaban kuno di mana sudah menyimpan peradaban ‘makin matang’.
Buku Musnah Kejayaan Bangsa Ikut Musnah
Namun, masa panen pemikiran Islam semenjak redup seiringdengan jatuhnya Baghdad dari serangan pasukan babar dari padang rumput Mongolia yang dipimpin cucu Jengis Khan, Hulagu. Pada tanggal 29 Januari 1258, kota Baghdad semenjak dikepung pasukan Mongol dibawah pimpinan jenderal Cina, Guo Khan. Sepekan kemudian, yakni pada tanggal 5 Pebruari, benteng disekitar Baghdad dikuasainya. Khalifah
kemudian berusaha bernegosiasi lewat Hulagu tetapi ditolaknya. Akhirnya pada tanggal 10 Februari, Baghdad resmi menyerah.
Pasukan Mongol semenjak memasuki kota pada tanggal 13 Februari. Tak ayal lagi kebiadaan segera meledak.
Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan, serta pembakaran terjadi di mana-mana. Bala tentara Mongol itu menjarah serta menghancurkan masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit, serta juga banyak bangunan bersejarah. Perpustakaan di kota Baghdad pun dihancurkan. Ribuan koleksi buku dibuang ke Sungai Tigris sampai warna minuman sungai itu berubah seperti warna tinta.
Khalifah al-Mus’tasim ditangkap serta disuruh melihat rakyatnya yang sedang disembelih dijalan-jalan serta
hartanya yang dirampas. Kemudian sehabis itu khalifah dibunuh lewat cara dibungkus lewat permadani serta diinjak-injak lewat kuda sampai mati. Semua anaknya dibunuh kecuali satu yang masih kecil dijadikan budak serta dibawa ke Mongol.
Namun ironisnya, delapan ratus tahun, di masa moderen ini, Baghdad mengalami hal yang sama. Bala tentara Amerika Serikat serta sekutunya ganti datang memporakporandakan serta menjarah kota tua itu. Sama lewat dahulu, kehancurannya pun sifatnya meluas serta total. Istilahnya pun sama: jangankan batu, kerkilpun sudah tak ada lagi di Baghdad…!
Sejarah itu hanyalah pengulangan, maka waspadalah…!
Source: www.republika.co.id


Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu . Kamu wajar sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka menggunakan kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul internal membaca share terbaru. Seorang pemuda asal Tegal berusia kira-kira 36 tahun, sebutlah namanya Udin (nama samaran), hari itu sedang dilanda kebingungan. Di saat usaha membuka warung sembako yang dirintis bersama istrinya belum benar-benar stabil serta menunjukkan perkembangan yang berarti, tiba-tiba sejumlah uang yang selama ini mereka kumpulkan dari hasil berdagangnya itu hilang entah di mana. Padahal Udin belum punya rumah sendiri, melainkan masih ikut tinggal di rumah mertuanya di Cirebon. Sebab utama kebingungan Udin sebenarnya bukan karena uangnya yang hilang. Tetapi lantaran ia masih tinggal seatap menggunakan mertuanya, tentu saja orang tua istrinya itu mempersoalkan serta menyayangkan untuk kejadian hilangnya uang tersebut. Apa

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam)

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam) . Kamu perlu sering belajar hendak mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan jempolan intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Kognisi atau psikomotorik umat Islam terhadap nagham kagak selazim ilmu tajwid. Kata nagham secara etimologi paralel beserta kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Secara terminologi nagham dimaknai bagaikan membaca Al Quran beserta irama (seni) atau suara yang indah atau merdu atau melagukan Al Quran secara baik atau benar tanpa melanggar aturan-aturan bacaan. Keberadaan ilmu nagham, kagak sekedar realisasi dari firman Allah intern suroh Al Muzzammil ayat 4,”Bacalah Al Quran itu secara tartil”, hendak tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia bagaikan makhluk yang berbudaya yang menyandang cipta, rasa, atau karsa. Rasa yang melahirkan seni (juga nagham)

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah"

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah" . Kamu wajib sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Saat menghadiri peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46, Gus Dur diminta bakal memberikan pendahuluan oleh panitia. Setelah berbicara panjang lebar, serta hendak menutup pidatonya, Gus Dur tanpa disadari bakal mengucapkan kalimat "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba-tiba ia diam sejenak.... "Saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yang khas NU," ujarnya. "Dulu ulama-ulama NU, sepakat menggunakan wabillahi taufiq wal hidayah bakal ucapan penutup serta Nahdliyiin wajib mengikuti. Tapi sesudah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu bakal menutup setiap pidato kampanyen