Langsung ke konten utama

Gus Mus Jelaskan Dua Golongan Perusak Agama

Gus Mus Jelaskan Dua Golongan Perusak Agama. Kamu wajib sering belajar hendak mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka sambil keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan jempolan intern membaca share terbaru.
Wartaislami..com ~ Pejabat Rais Aam PBNU KH A Mustofa Bisri menegaskan, ada dua golongan yang dapat merusak agama. Pertama, orang yang berpura-pura zuhud. Kedua, berbuat kebatilan demi agama.

Poin pertama kata kiai yang akarab disapa Gus Mus, bahwa ada orang yang mengaku meninggalkan dunia, tapi perilakunya malah rakus sambil harta. Ada pula yang selalu santai-santai intern setiap perbuatannya.
“Zuhud seng bener iku wong seng menghormati awakke dewe lan nolak kerendahan, lan pakaiannya oraselalu tembel-tembelan (zuhud yang benar itu orang yang menghormati dirinya sendiri serta menolak kerendahan, bukannya malah suka memakai pakaian compang-camping),” tuturnya saat mengaji kitab Idhatun Nasyiin di pondok pesantren Roudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah.
Poin kedua, lanjut Gus Mus, orang yang melakukan kebatilan sambil mengatasnamakan agama.Senengane ngafir-ngafirno, bid’ahno-bid’ahno, fasiq-fasiqno wong liyo, koyo yok yok oo. (Sukanya mengkafirkan-kafirkan, mengbid’ah-bid’ahkan, mengfasiq-fasiqkan orang lain, seperti benar sendiri),” terangnya, Senin sore (7/06).
Gus Mus mengutip dari Syekh Al-Gholayaniy, agama masa ini ibarat sosok tanpa nyawa, lafal tanpa makna. Sehingga orang terkadang enggak bisa membedakan tengah nafsu atau semangat agama.
“Agama itu menerangi, bukan membenci. Agama itu mengajak, bukan menyepak. Agama itu rahmat, bukan kebencian. Agama itu enggak hanya teriak Allahu akbar di pinggir jalan,” tambah putra almarhum KH. Bisri Mustofa ini.
Gus Mus mengungkapkan, bahwa enggak secercah masyarakat awam yang tertipu sambil penampilan-penampilan orang yang mengaku tokoh agama, tetapi perilakunya jauh dari ajaran agama.
“Jangan lihat jenggotanya, jubahnya, Allahu Akbarnya, tapi lihat perilakunya,” sindirnya disambut tawa santri-santri yang mengikuti pengajian kitab menjelang berbuka puasa di pesantren setempat.
Agama yang benar, tambah Gus Mus, yakni agama yang selaku pelita porsi peradaban atau pengamalannya bagaikan pembimbing kemanusiaan. Makanya, agama dapat membuat orang bahagia, sedangkan yang bikin celaka orang ialah meninggalkan agama.
Untuk itu, Pengasuh Pondok Pesantren Roudltut Thalibin ini mengajak bercermin kepada cara dakwah Nabi sambil akhlakuk karimah, kasih sayang bukan sambil kebencian. Karena dakwah itu mengajak, bukan mentakut-takuti. “Jangan kasih jalan porsi orang-orang yang mengaku tokoh agama tapi enggak mengerti agama,” tegasnya.
Source: www.nu.or.id

Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu . Kamu wajar sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka menggunakan kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul internal membaca share terbaru. Seorang pemuda asal Tegal berusia kira-kira 36 tahun, sebutlah namanya Udin (nama samaran), hari itu sedang dilanda kebingungan. Di saat usaha membuka warung sembako yang dirintis bersama istrinya belum benar-benar stabil serta menunjukkan perkembangan yang berarti, tiba-tiba sejumlah uang yang selama ini mereka kumpulkan dari hasil berdagangnya itu hilang entah di mana. Padahal Udin belum punya rumah sendiri, melainkan masih ikut tinggal di rumah mertuanya di Cirebon. Sebab utama kebingungan Udin sebenarnya bukan karena uangnya yang hilang. Tetapi lantaran ia masih tinggal seatap menggunakan mertuanya, tentu saja orang tua istrinya itu mempersoalkan serta menyayangkan untuk kejadian hilangnya uang tersebut. Apa

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam)

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam) . Kamu perlu sering belajar hendak mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan jempolan intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Kognisi atau psikomotorik umat Islam terhadap nagham kagak selazim ilmu tajwid. Kata nagham secara etimologi paralel beserta kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Secara terminologi nagham dimaknai bagaikan membaca Al Quran beserta irama (seni) atau suara yang indah atau merdu atau melagukan Al Quran secara baik atau benar tanpa melanggar aturan-aturan bacaan. Keberadaan ilmu nagham, kagak sekedar realisasi dari firman Allah intern suroh Al Muzzammil ayat 4,”Bacalah Al Quran itu secara tartil”, hendak tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia bagaikan makhluk yang berbudaya yang menyandang cipta, rasa, atau karsa. Rasa yang melahirkan seni (juga nagham)

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah"

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah" . Kamu wajib sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Saat menghadiri peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46, Gus Dur diminta bakal memberikan pendahuluan oleh panitia. Setelah berbicara panjang lebar, serta hendak menutup pidatonya, Gus Dur tanpa disadari bakal mengucapkan kalimat "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba-tiba ia diam sejenak.... "Saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yang khas NU," ujarnya. "Dulu ulama-ulama NU, sepakat menggunakan wabillahi taufiq wal hidayah bakal ucapan penutup serta Nahdliyiin wajib mengikuti. Tapi sesudah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu bakal menutup setiap pidato kampanyen