Langsung ke konten utama

Inilah Bedanya Walisongo dan ”Wali Jenggot”

Inilah Bedanya Walisongo serta ”Wali Jenggot”. Kamu mesti sering belajar porsi mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka lewat berita terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Achmad Hasyim Muzadi menyampaikan perbedaan dakwah jarak Walisongo serta ”Wali Jenggot”.
Wali Jenggot ini sepertinya dialamatkan kepada kelompok-kelompok Islam yang suka memanjangkan jenggot, bercelana cingkrang serta ketika berdakwah suka mengkafir-kafirkan sesama Muslim.
”Bedanya Walisongo serta Wali Jenggot itu kalau berdakwah, dulu Walisongo kalau ketemu orang kafir kemudian diislamkan, nah Wali Jenggot ini kalau ketemu orang Islam, dikafirkan,” ucapnya, sambil disambut gelak tawa serta riuh tepuk tangan ribuan hadirin acara temu balung pisah warga NU se-Jawa Tengah di Fakultas Kedokteran Universitas Wahid Hasyim, Semarang, Minggu, (17/7/16).
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini mengaku heran lewat kelompok yang senang mengkafir-kafirkan sesama Muslim. ”(kalau orang semua dikafirkan) Akhirnya orang kafir semua. Apa enggak takut kalau di surga sendirian?” sindirnya, sontak pernyataan ini pun disambut gelak tawa para hadiri.
Kiai Hasyim menegaskan, NU tiada pernah menganggap musuh kepada kelompok sesama Muslim juga non-Muslim. ”NU itu bersaudara lewat firqoh umat lain. Tapi firqoh umat lain jangan mengetuai orang NU,” tandasnya.
Tidak Diperalat
Pada kesempatan itu Kiai Hasyim juga berpesan supaya warga NU tiada mudah diperalat porsi kepentingan Pemilu. Hal itu, katanya, salah satu yang membuat orang berpandangan bahwa NU itu sederhana.
”Orang NU mesti menunjukan bahwa NU itu luar biasa, supaya tiada dipandang sederhana oleh orang. Misalnya hanya dilihat dari sisi kuantitasnya saja. Kalau mau pemilu NU hanya dilihat banyaknya saja,” jelasnya.
Acara balung pisah ini bertepatan lewat halal bi halal Idul Fitri 1437 hijriyah. Rais Syuriah PWNU Jateng, KH Ubaidullah Shodaqoh menyampaikan, warga NU se-Jateng sedang menyandang gawe besa yakni mendirikan Pesantren NU.
Pesantren ini masih intern tahap pembebasan tanah. Sehingga itu, pada kesempatan balung pisah juga digelar gerakan wakaf. Gerakan wakaf ini porsi membantu membebaskan tanah yang berada di dekat Kampus Unnes, Sekarang, Gunung Pati, Semarang.
”Bagi yang mau mendermakan sebagian hartanya lewat wakaf, panitia sudah siap, di luar,” kata Kiai yang dekat disebut Gus Ubed ini. Kiai Hasyim pun menyambut pernyataan itu. ”Sami kalih gawean kulo ngadegke pondok (sama lewat pekerjaan aku mendirikan pesantren). Kulo nyumbang selawe juta (Rp. 25 Juta) mawon enggeh. Kulo titipkan ke pak Abu Hapsin,” tandas Kiai Hasyim.
Source: www.nujateng.com

Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu . Kamu wajar sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka menggunakan kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul internal membaca share terbaru. Seorang pemuda asal Tegal berusia kira-kira 36 tahun, sebutlah namanya Udin (nama samaran), hari itu sedang dilanda kebingungan. Di saat usaha membuka warung sembako yang dirintis bersama istrinya belum benar-benar stabil serta menunjukkan perkembangan yang berarti, tiba-tiba sejumlah uang yang selama ini mereka kumpulkan dari hasil berdagangnya itu hilang entah di mana. Padahal Udin belum punya rumah sendiri, melainkan masih ikut tinggal di rumah mertuanya di Cirebon. Sebab utama kebingungan Udin sebenarnya bukan karena uangnya yang hilang. Tetapi lantaran ia masih tinggal seatap menggunakan mertuanya, tentu saja orang tua istrinya itu mempersoalkan serta menyayangkan untuk kejadian hilangnya uang tersebut. Apa

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam)

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam) . Kamu perlu sering belajar hendak mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan jempolan intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Kognisi atau psikomotorik umat Islam terhadap nagham kagak selazim ilmu tajwid. Kata nagham secara etimologi paralel beserta kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Secara terminologi nagham dimaknai bagaikan membaca Al Quran beserta irama (seni) atau suara yang indah atau merdu atau melagukan Al Quran secara baik atau benar tanpa melanggar aturan-aturan bacaan. Keberadaan ilmu nagham, kagak sekedar realisasi dari firman Allah intern suroh Al Muzzammil ayat 4,”Bacalah Al Quran itu secara tartil”, hendak tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia bagaikan makhluk yang berbudaya yang menyandang cipta, rasa, atau karsa. Rasa yang melahirkan seni (juga nagham)

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah"

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah" . Kamu wajib sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Saat menghadiri peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46, Gus Dur diminta bakal memberikan pendahuluan oleh panitia. Setelah berbicara panjang lebar, serta hendak menutup pidatonya, Gus Dur tanpa disadari bakal mengucapkan kalimat "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba-tiba ia diam sejenak.... "Saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yang khas NU," ujarnya. "Dulu ulama-ulama NU, sepakat menggunakan wabillahi taufiq wal hidayah bakal ucapan penutup serta Nahdliyiin wajib mengikuti. Tapi sesudah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu bakal menutup setiap pidato kampanyen