Ini Upaya HTI Cari Pembenaran Khilafah dari Pendiri NU. Kamu wajib sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka sama keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan utama intern membaca share terbaru.
Oleh M Abdul Fatah
Artikel ini aku tulis berdasarkan pengalaman berdialog sama aktivis mahasiswa Hizbut Tahrir serta kadar wacana di dunia maya ketika berbicara perihal Nahdlatul Ulama serta HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Artikel ini juga tak hendak menyudutkan atau mencemarkan nama HTI, melainkan seperti upaya klarifikasi serta “menjaga diri” dari ideologi yang bertentangan sama garis perjuangan NU. HTI seperti organisasi yang bervisi besar, yaitu hendak mendirikan kekhalifahan Islam di dunia, intern ajakannya seringkali menggunakan penguatan argumen sama berupaya menghubung-hubungkan persamaan visi tengah NU serta HTI. Antara lain seperti berikut.
1. HTI menceritakan bahwa Hadrassyekh KH Hasyim Asy'ari menyimpan keterkaitan pemikiran sama Syekh Taqiyuddin an-Nabhani. Hal ini didasarkan pada sejarah ketika KH. Hasyim Asyari belajar ke Mekah yang salah satu gurunya betul Syekh Yusuf an-Nabhani, ulama besar Sunni Syafi’i yang merupakan kakek dari Syekh Taqiyuddin an-Nabhani (pendiri Hizbut Tahrir). Informasi perihal hubungan guru-murid ini memang benar. Namun, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani sendiri tak mengikuti jalan yang ditempuh oleh sang kakek yang berhaluan Sunni Syafi'i. Syekh Taqiyuddin merupakan aktivis serta tokoh gerakah Ikhwanul Muslimin sebelum kemudian membelot serta mendirikan gerakan sendiri bernama Hizbut Tahrir yang secara metode serta mazhab fiqih berbeda dari Aswaja An-Nahdliyah.
2. Untuk menjaring simpatisan Nahdliyin, HTI biasanya menceritakan bahwa KH Hasyim Asy'ari berkeinginan buat menyatukan seluruh umat Islam intern naungan sistem Islam yang satu (baca: khilafah). Hal ini mereka dasarkan bagi gambar bola dunia intern lambang NU. Saya rasa ini keliru besar. Karena lambang Nahdlatul Ulama tak pernah diciptakan oleh siapapun, melainkan berawal dari mimpi KH Ridwan Abdullah selesai lama berikhtiar serta shalat istikharah. Kiai yang bertugas membuat lambang NU tersebut bermimpi melihat gambar indah di langit biru yang jernih. Gambar itulah yang kemudian dijadikan lambang NU bagi persetujuan KH Hasyim Asy'ari. Sedangkan gambar bola dunia yang diikat oleh tali tambang sama 99 lilitan tersebut bermakna kokohnya ukhuwah islamiyah serta insaniyah. Bukan penyatuan umat Islam intern negara khilafah.
3. Komite Hijaz yang diketuai oleh KH Wahab Chasbullah pun tak luput buat dijadikan bahan argumen khilafah. Komite Hijaz dijadikan dalil bahwa embrio NU waktu itu membenarkan serta berperan rajin pada kehilafahan Islam yang ada di Arab Saudi. Padahal Kiai Wahab serta kiai pesantren waktu itu bermaksud buat melakukan upaya penolakan bagi puritanisasi Islam oleh Wahabi khususnya ada pembongkaran makan Rasul beserta keluarga serta sahabatnya, bukan soal dukung mendukung khilafah.
Argumentasi penyamaan visi NU sama HTI runtuh pada puncaknya ketika KH Hayim Asy'ari menfatwakan Resolusi Jihad pada 22 okt 1945. Hadratussyekh Hasyim Asy'ari memfatwakan wajib membela tanah cairan (bukan membela agama) kepada masyarakat Surabaya serta sekitarnya pada radius 94 kilometer. Silakan pelajari latar belakang Resolusi Jihad NU. Di situ kita dapat melihat tingginnya nasionalisme serta patriotisme intern diri Hadratussyekh Rais Akbar KH Hasyim Asy'ari yang tak ada sama sekali intern visi serta tradisi HT(I).
Penulis betul aktivis NU Kultural; alumni Pondok Pesantren Darullughah Wal Karomah, Probolinggo, Jawa Timur
Sumber :nu.or.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
Oleh M Abdul Fatah
Artikel ini aku tulis berdasarkan pengalaman berdialog sama aktivis mahasiswa Hizbut Tahrir serta kadar wacana di dunia maya ketika berbicara perihal Nahdlatul Ulama serta HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Artikel ini juga tak hendak menyudutkan atau mencemarkan nama HTI, melainkan seperti upaya klarifikasi serta “menjaga diri” dari ideologi yang bertentangan sama garis perjuangan NU. HTI seperti organisasi yang bervisi besar, yaitu hendak mendirikan kekhalifahan Islam di dunia, intern ajakannya seringkali menggunakan penguatan argumen sama berupaya menghubung-hubungkan persamaan visi tengah NU serta HTI. Antara lain seperti berikut.
1. HTI menceritakan bahwa Hadrassyekh KH Hasyim Asy'ari menyimpan keterkaitan pemikiran sama Syekh Taqiyuddin an-Nabhani. Hal ini didasarkan pada sejarah ketika KH. Hasyim Asyari belajar ke Mekah yang salah satu gurunya betul Syekh Yusuf an-Nabhani, ulama besar Sunni Syafi’i yang merupakan kakek dari Syekh Taqiyuddin an-Nabhani (pendiri Hizbut Tahrir). Informasi perihal hubungan guru-murid ini memang benar. Namun, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani sendiri tak mengikuti jalan yang ditempuh oleh sang kakek yang berhaluan Sunni Syafi'i. Syekh Taqiyuddin merupakan aktivis serta tokoh gerakah Ikhwanul Muslimin sebelum kemudian membelot serta mendirikan gerakan sendiri bernama Hizbut Tahrir yang secara metode serta mazhab fiqih berbeda dari Aswaja An-Nahdliyah.
2. Untuk menjaring simpatisan Nahdliyin, HTI biasanya menceritakan bahwa KH Hasyim Asy'ari berkeinginan buat menyatukan seluruh umat Islam intern naungan sistem Islam yang satu (baca: khilafah). Hal ini mereka dasarkan bagi gambar bola dunia intern lambang NU. Saya rasa ini keliru besar. Karena lambang Nahdlatul Ulama tak pernah diciptakan oleh siapapun, melainkan berawal dari mimpi KH Ridwan Abdullah selesai lama berikhtiar serta shalat istikharah. Kiai yang bertugas membuat lambang NU tersebut bermimpi melihat gambar indah di langit biru yang jernih. Gambar itulah yang kemudian dijadikan lambang NU bagi persetujuan KH Hasyim Asy'ari. Sedangkan gambar bola dunia yang diikat oleh tali tambang sama 99 lilitan tersebut bermakna kokohnya ukhuwah islamiyah serta insaniyah. Bukan penyatuan umat Islam intern negara khilafah.
3. Komite Hijaz yang diketuai oleh KH Wahab Chasbullah pun tak luput buat dijadikan bahan argumen khilafah. Komite Hijaz dijadikan dalil bahwa embrio NU waktu itu membenarkan serta berperan rajin pada kehilafahan Islam yang ada di Arab Saudi. Padahal Kiai Wahab serta kiai pesantren waktu itu bermaksud buat melakukan upaya penolakan bagi puritanisasi Islam oleh Wahabi khususnya ada pembongkaran makan Rasul beserta keluarga serta sahabatnya, bukan soal dukung mendukung khilafah.
Argumentasi penyamaan visi NU sama HTI runtuh pada puncaknya ketika KH Hayim Asy'ari menfatwakan Resolusi Jihad pada 22 okt 1945. Hadratussyekh Hasyim Asy'ari memfatwakan wajib membela tanah cairan (bukan membela agama) kepada masyarakat Surabaya serta sekitarnya pada radius 94 kilometer. Silakan pelajari latar belakang Resolusi Jihad NU. Di situ kita dapat melihat tingginnya nasionalisme serta patriotisme intern diri Hadratussyekh Rais Akbar KH Hasyim Asy'ari yang tak ada sama sekali intern visi serta tradisi HT(I).
Penulis betul aktivis NU Kultural; alumni Pondok Pesantren Darullughah Wal Karomah, Probolinggo, Jawa Timur
Sumber :nu.or.id
Source Article and Picture : www.wartaislami.com
NKRI harga mati, kita semua satu saudara
BalasHapusberkah