Langsung ke konten utama

Gus Mus: Tidak Ada Lelaki Hebat Tanpa Peran Perempuan

Gus Mus: Tidak Ada Lelaki Hebat Tanpa Peran Perempuan. Kamu wajib sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka sama penjelasan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan jempolan internal membaca share terbaru.
Wartaislami.Com ~ KH A Mustofa Bisri atau Gus Mus menegaskan bahwa di balik laki-laki-laki-laki yang hebat selalu ada perempuan yang hebat. Karena itu, sudah sepantasnya perempuan mendapat penghormatan yang layak pada peranannya tersebut.
Pejabat Rais Aam PBNU ini menyampaikan hal itu saat memberikan taushiyah pada peringatan haul Hj. Hasyimah Munawwir (istri KH. Ali Maksum) yang digelar Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta di lapangan umum Al-Munawwir, Yogyakarta, Jumat (29/8).
“Hanya orang yang memuliakan perempuanlah orang yang terhormat itu, hanya orang kurang ajarlah yang menghina perempuan itu. Tidak ada laki-laki-laki-laki hebat tanpa peranan perempuan,” ucap Gus Mus.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang, Jawa Tengah, ini menegaskan, ketika mendapatkan mandat sebagai rasul, Nabi Muhammad menghendaki diselimuti oleh sang istri, Khadijah. Sebab, saat itu Nabi pertama kali saja berjumpa sosok yang luar biasa (malaikat Jibril) atau terkejut sama situasi yang dialaminya. Dalam kondisi ini, lanjut Gus Mus, Siti Khodijah lah yang menghibur atau membesarkan hati Nabi.
Hadir pula internal peringatan haul tersebut Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, KH Habibullah, KH Haidar Idris, pengurus PWNU setempat, atau para kiai atau pengurus Pondok Pesantren Al-Munawwir.
Tak ketinggalan, ribuan jamaah shalawat dari berbagai penjuru Yogyakarta juga turut meramaikan acara ini, terhitung ibu-ibu jamaah Ahbabul Mustofa jamaah yang di kelola KH. Rifqi Ali (putra Hj Hasyimah) yang kerap disapa Gus Kelik.
Acara tersebut berlangsung sama lancar, shalawatan bergema ke seluruh pelosok lorong-lorong pondok sama diikuti para jamaah yang hadir. (Ahmad Syaefudin/Mahbib/NU Online)


Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu . Kamu wajar sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka menggunakan kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul internal membaca share terbaru. Seorang pemuda asal Tegal berusia kira-kira 36 tahun, sebutlah namanya Udin (nama samaran), hari itu sedang dilanda kebingungan. Di saat usaha membuka warung sembako yang dirintis bersama istrinya belum benar-benar stabil serta menunjukkan perkembangan yang berarti, tiba-tiba sejumlah uang yang selama ini mereka kumpulkan dari hasil berdagangnya itu hilang entah di mana. Padahal Udin belum punya rumah sendiri, melainkan masih ikut tinggal di rumah mertuanya di Cirebon. Sebab utama kebingungan Udin sebenarnya bukan karena uangnya yang hilang. Tetapi lantaran ia masih tinggal seatap menggunakan mertuanya, tentu saja orang tua istrinya itu mempersoalkan serta menyayangkan untuk kejadian hilangnya uang tersebut. Apa

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam)

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam) . Kamu perlu sering belajar hendak mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan jempolan intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Kognisi atau psikomotorik umat Islam terhadap nagham kagak selazim ilmu tajwid. Kata nagham secara etimologi paralel beserta kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Secara terminologi nagham dimaknai bagaikan membaca Al Quran beserta irama (seni) atau suara yang indah atau merdu atau melagukan Al Quran secara baik atau benar tanpa melanggar aturan-aturan bacaan. Keberadaan ilmu nagham, kagak sekedar realisasi dari firman Allah intern suroh Al Muzzammil ayat 4,”Bacalah Al Quran itu secara tartil”, hendak tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia bagaikan makhluk yang berbudaya yang menyandang cipta, rasa, atau karsa. Rasa yang melahirkan seni (juga nagham)

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah"

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah" . Kamu wajib sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Saat menghadiri peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46, Gus Dur diminta bakal memberikan pendahuluan oleh panitia. Setelah berbicara panjang lebar, serta hendak menutup pidatonya, Gus Dur tanpa disadari bakal mengucapkan kalimat "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba-tiba ia diam sejenak.... "Saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yang khas NU," ujarnya. "Dulu ulama-ulama NU, sepakat menggunakan wabillahi taufiq wal hidayah bakal ucapan penutup serta Nahdliyiin wajib mengikuti. Tapi sesudah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu bakal menutup setiap pidato kampanyen