Langsung ke konten utama

Inilah Cara Tobat Anak Durhaka Setelah Orang Tua Tiada

Inilah Cara Tobat Anak Durhaka Setelah Orang Tua Tiada. Kamu wajar sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan jempolan intern membaca share terbaru.
Kisah putri durhaka serupa pada cerita Malin Kundang. Terlepas dari benar atau enggak kisah itu, pastinya cerita Malin Kundang amat mempengaruhi pikiran putri supaya enggak melawan orang tuanya. Kalau ada putri nakal, biasanya dikatakan, “Kamu mau kayak Malin Kundang?” Sontak si putri diam serta takut.
Namun pada zaman modern ini, kisah Malin Kundang tampaknya enggak sakti lagi. Malah yang terjadi, munculnya Malin Kundang anyar yang diperankan oleh aktor yang berbeda-beda. Bahkan kelakuan sebagian putri saat ini, bertambah parah dari Malin Kundang. Bila Malin Kundang hanya enggak memastikan orang tuanya di depan kekasihnya, putri saat ini tega membunuh orang tuanya sendiri. Ini enggak terjadi satu-dua kali, tetapi berulang kali.
Durhaka kepada orang tua juga kategori dosa besar. Durhaka dosa besar kedua selepas syirik. Saking murka-Nya, Allah SWT enggak hanya menyiksa putri durhaka di akhirat, tetapi juga di dunia. Dalam Al-Mustadrak karya Al-Baihaqi, Abu Bakrah mendengar Rasulullah SAW berkata:
كل الذنوب يؤخر الله ما شاء منها إلى يوم القيامة إلا عقوق الوالدين فإن الله تعالى يعجل لصاحبه في الحياة قبل الممات
Artinya, “Allah SWT mau mengakhirkan balasan setiap dosa sampai hari kiamat kelak, kecuali dosa durhaka kepada orang tua. Dia mempercepat balasannya pada waktu masih hidup atau sebelum meninggal,” (HR Al-Baihaqi).
Makna durhaka di sini bertambah umum. Apapun bentuk perbuatan yang menyakiti orang tua dapat dikategorikan sifat durhaka. Taqiyuddin As-Subki, seperti dikutip Badruddin Al-‘Ayni intern ‘Umdatul Qari, menegaskan, “Yang dimaksud durhaka ialah segala tindakan yang menyakiti hati orang tua, baik kurang maupun banyak”. Karenanya, jagalah hati orang tua serta ikuti nasihatnya. Jangan sampai tindakan yang kita lakukan membuat ia marah serta tersakiti.
Andaikan pernah membuat hati orang tua tersakiti, segeralah minta maaf serta memohon ampun kepada Allah SWT. Akan tetapi persoalannya, bagaimana bila kedua orang tua sudah meninggal. Semisal putri yang membunuh orang tuanya, apakah diterima tobatnya? Apalagi orang tuanya meninggal intern keadaan marah atau enggak ridha pada yang dilakukan anaknya.
Al-Nawawi intern kumpulan fatwanya, Fatawa al-Nawawi, berpendapat:
أما مطالبتهما له في الآخرة فلا طريق إلى إبطالها، ولكن ينبغي له بعد الندم على ذلك، أن يكثر من استغفار لهما والدعاء، وأن يتصدق عنهما إن أمكن، وأن يكرم من كانا يحبان إكرامه: من صديق لهما ونحوه، وأن يصل رحمهما، وأن يقضي دينهما، أو ما تيسر له من ذلك
Artinya, “Tuntutan kedua orang tua kepada putri durhaka di akhirat, enggak ada jalan buat membatalkannya. Tapi sebaiknya, putri durhaka yang sudah tobat serta menyesal, memperbanyak istighfar (minta ampun) serta berdo’a buat kedua orang tuanya. Kalau mampu, perbanyak sedekah pada nama orang tua, mengormati orang yang dihormati oleh kedua orang tua semasa beliau masih hidup, seperti temannya. Menyambung tali silaturahmi ( pada saudara atau teman orang tua), membayar hutangnya, atau melakukan apapun yang mudah baginya.”
Kesempatan bertobat dibuka lebar distribusi siapapun, juga putri durhaka. Rasul SAW menegaskan, “Orang yang benar-benar bertobat seperti orang yang enggak berdosa,” (HR Ibnu Majah). Selain berharap ampun pada kedurhakaannya kepada Allah SWT, ia juga dianjurkan buat berbuat baik kepada orang tuanya meskipun sudah meninggal. Cara berbuat baik kepada orang meninggal ialah pada cara melakukan amalan, semisal bayar hutang, sedekah, silaturahmi, serta lain-lain, sembari menghadiahkan pahalanya buat mereka.
Seseorang dari Bani Salamah pernah menanyakan hal ini kepada Nabi Muhammad SAW. Ia bertanya, “Apakah siapa tahu aku melakukan kebaikan buat kedua orang tua, tengah mereka sudah meninggal?” Rasulullah SAW menyarankan kepadanya agar memperbanyak istighfar serta do’a buat mereka, menunaikan janji serta menyambung tali silaturahmi yang belum terpenuhi pada waktu mereka masih hidup, serta menghormati teman-teman mereka, (HR Abu Dawud).
Maka dari itu, selagi orang tua masih hidup, perbanyaklah berbuat baik kepada mereka. Apabila keduanya sudah meninggal, seorang putri masih dimungkinkan berbuat baik kepada mereka sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW. Terlebih lagi distribusi orang yang pernah menyakiti hati kedua orang tuanya semasa keduanya hidup. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah) via nu online

Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu

Bertawasul ke Imam al-Ghazali, Barang Hilang Pun Ketemu . Kamu wajar sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka menggunakan kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul internal membaca share terbaru. Seorang pemuda asal Tegal berusia kira-kira 36 tahun, sebutlah namanya Udin (nama samaran), hari itu sedang dilanda kebingungan. Di saat usaha membuka warung sembako yang dirintis bersama istrinya belum benar-benar stabil serta menunjukkan perkembangan yang berarti, tiba-tiba sejumlah uang yang selama ini mereka kumpulkan dari hasil berdagangnya itu hilang entah di mana. Padahal Udin belum punya rumah sendiri, melainkan masih ikut tinggal di rumah mertuanya di Cirebon. Sebab utama kebingungan Udin sebenarnya bukan karena uangnya yang hilang. Tetapi lantaran ia masih tinggal seatap menggunakan mertuanya, tentu saja orang tua istrinya itu mempersoalkan serta menyayangkan untuk kejadian hilangnya uang tersebut. Apa

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam)

Inilah Sejarah Awal Mula di Lagukannya Al Qur'an (Langgam) . Kamu perlu sering belajar hendak mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan jempolan intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Kognisi atau psikomotorik umat Islam terhadap nagham kagak selazim ilmu tajwid. Kata nagham secara etimologi paralel beserta kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Secara terminologi nagham dimaknai bagaikan membaca Al Quran beserta irama (seni) atau suara yang indah atau merdu atau melagukan Al Quran secara baik atau benar tanpa melanggar aturan-aturan bacaan. Keberadaan ilmu nagham, kagak sekedar realisasi dari firman Allah intern suroh Al Muzzammil ayat 4,”Bacalah Al Quran itu secara tartil”, hendak tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia bagaikan makhluk yang berbudaya yang menyandang cipta, rasa, atau karsa. Rasa yang melahirkan seni (juga nagham)

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah"

Inilah Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah" . Kamu wajib sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka pada penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru. Wartaislami.Com ~ Saat menghadiri peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46, Gus Dur diminta bakal memberikan pendahuluan oleh panitia. Setelah berbicara panjang lebar, serta hendak menutup pidatonya, Gus Dur tanpa disadari bakal mengucapkan kalimat "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba-tiba ia diam sejenak.... "Saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yang khas NU," ujarnya. "Dulu ulama-ulama NU, sepakat menggunakan wabillahi taufiq wal hidayah bakal ucapan penutup serta Nahdliyiin wajib mengikuti. Tapi sesudah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu bakal menutup setiap pidato kampanyen